BREAKING NEWS

Rabu, 23 Oktober 2024

Digelar PTM 4 Program Guru Penggerak Angkatan X Daerah Khusus Murung Raya

PURUK CAHU- Balai Guru Penggerak Provinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Murung Raya menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 4 program guru penggerak angkatan X Daerah Khusus Murung Raya, Selasa (22/10). 

Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Dewan Adat Dayak (DAD) itu diikuti sebanyak 35 peserta, yang terdiri dari jenjang PAUD, SD, SMP dan SMA. 

Acara tersebut dihadiri Asisten I dan II Setda Mura, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Mura, dari pihak Balai Guru Besar Provinsi Kalimantan Tengah serta para tamu undangan lainnya. 

Pj Bupati Mura, Hermon, dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten I Setda Mura, Rahmat Tambunan, mengatakan, bahwa pihaknya sangat menyambut baik dan mengapresiasi atas terlaksananya PTM 4 guru penggerak Daerah Khusus Murung Raya. 

"Pemkab Murung Raya sangat mendukung program guru penggerak dalam rangka membangun generasi penerus bangsa dan masa depan bangsa yang kuncinya anak-anak dan landasan utamanya adalah para guru," ucap Rahmat Tambunan. 

Menurutnya, sektor pendidikan di Murung Raya menjadi program prioritas utama dan sebagai ujung tombak dalam mencerdaskan anak bangsa yang di implementasikan dengan program Mura Cerdas. 

"Harapan kami, dengan adanya guru penggerak di Mura dapat menggerakkan komunitas belajar di sekolah dan luar sekolah hingga pendidikan di Murung Raya semakin berkembang menjadi yang terbaik," harap Rahmat Tambunan. 

Dalam kesempatan itu, juga dibuka stand pameran hasil Program Guru Penggerak. Dimana, semua yang hadir menyempatkan waktu untuk berkeliling ke seluruh stand-stand pameran.

Hal itu dilakukan dalam rangka melihat hasil karya serta berbagai hasil praktik atau pembelajaran sekaligus berinteraksi langsung dengan Guru Penggerak. 

Dina Novita Sari peserta dari stand 3 menjelaskan, mengenai rencana dan hasil kerja belajar program guru penggerak. 

"Dulu, pembuatan peraturan di kelas sudah ditetapkan di mana peraturan di kelas dibuat secara sepihak. Dulu saya tidak pernah mendengarkan suara atau pilihan murid karena peraturan kelas sudah ditetapkan oleh pihak sekolah dan semua murid wajib menaatinya," katanya.

Tetapi kini, kata Dina Novita, pembuatan peraturan di kelas didiskusikan. 

"Salah satu budaya positif adalah membuat keyakinan, kelak dikelas dibuat secara bersama-sama dan peserta didik boleh mengeluarkan pendapatnya," jelas Dina. (maya/jp). 

Share Berita :

 
Copyright © 2014 Jurnalis Post. Designed by OddThemes