MUARA TEWEH- Dukung pelestarian alam di Kabupaten Barito Utara, Pj Bupati Muhlis bersama FKPD setempat dan instansi terkait lainnya melakukan silaturahmi ke tempat Konservasi dan Tempat Rehabilitasi Satwa Liar Endemik Kalimantan di Camp Yayasan Kalaweit Indonesia, yang masuk dalam kawasan Hutan Pararawen Kecamatan Teweh Tengah, Rabu (31/7).
Rombongan Pj Bupati Muhlis disambut hangat oleh Aurelien Francis Brule atau yang lebih dikenal dengan Chanee Kalaweit, yang merupakan Ketua dan Founder Yayasan Kalaweit Indonesia.
Pj Barito Utara, Muhlis menyampaikan, kedatangannya bersama rombongan dalam rangka silaturahmi demi menjalin komunikasi yang lebih erat. Sehingga nantinya, akan ada suatu kerjasama yang baik dalam melestarikan alam di Barito Utara.
"Kami dari Pemkab Barut sangat mendukung kegiatan konservasi ini karena sangat berharga untuk pelestarian alam maupun satwa yang berada dalam kawasan hutan di Barito Utara," ujarnya.
Ia menjelaskan, bahwa Pemkab Barut juga sangat terbuka apabila terdapat hal yang memerlukan koordinasi dan pendampingan dalam pelaksanaan konservasi ini.
Sementara itu, Chanee Kalaweit menyampaikan, apresiasinya terhadap Pemerintah Kabupaten Barito Utara, atas kunjungan dan tujuan pelestarian alam.
"Kami sangat senang dengan kehadiran bapak beserta rombongan, kami merasa didukung dengan kehadiran bapak disini. Karena peran untuk lingkungan bukan sesuatu yang gampang, jadi sangat penting bagi kami di lapangan karena merasa didukung dengan kehadiran bapak disini,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan, bahwa pihaknya disini merupakan perpanjangan tangan dari BKSDA untuk konservasi satwa.
Ia menjelaskan, dalam area konservasi ini menampung berbagai satwa endemik Kalimantan, dengan didominasi oleh Owa atau yang disebut juga dengan Kalaweit, dengan total tempat penampungan rehabilitasi 200 ekor yang saat ini sudah terisi penuh.
Ia juga menambahkan, tamu yang berkunjung memang sangat dibatasi dan tidak dapat tiap waktu, dikarenakan akan mengganggu habitat dan kondisi satwa yang ada di dalamnya.
"Hal ini mengingat satwa yang direhabilitasi sangat sensitif dengan kehadiran manusia," jelasnya. (dsk/my/jp).