PURUK CAHU- Rendahnya cakupan ASI eksklusif (ASI) disebabkan karena masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif untuk bayi usia 0-6 bulan. Karena pada masa usia itu merupakan salah satu bagian dari 1.000 hari kehidupan pertama yang merupakan periode emas. Sehingga perlu memberdayakan kader posyandu sebagai konselor ASI yang memberikan konseling kepada ibu-ibu yang hendak menyusui.
Hal itu di sampaikan Plt Dinas P3A DALDUK-KB Mura, Dra. Lynda Kristianie melalui Kabid Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga Sholihatul Amaliah, saat membuka pelatihan kader posyandu dan kader stunting di aula kantor dinas setempat, Kamis (23/11).
Menurut Sholihatul, angka kejadian stunting masih cukup tinggi di Kabupaten Murung Raya dan menempatkan Mura menjadi salah satu Kabupaten tertinggi di Provinsi Kalteng yang memiliki balita stunting.
Dikatakannya, stunting dapat di cegah dengan pemberian nutrisi dan pengasuhan yang tepat pada masa 1.000 HPK. Salah satunya dengan pemberian ASI eksklusif, sehingga menjadi perhatian semua pihak.
Strategi komunikasi perubahan perilaku dengan pendekatan komunikasi interpersonal/konseling secara pribadi diharapkan mampu menjadi daya dorong mengubah pola pikir masyarakat.
"Peran kader sangat strategis dalam mengkomunikasikan perubahan perilaku karena berada ditengah-tengah masyarakat dan mampu memahami kondisi masyarakat setempat," katanya.
Sholihatul berharap, peningkatan kapasitas kader posyandu melalui pelatihan ini dalam pemberian konseling menyusui dan ASI eksklusif dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pemberian ASI eksklusif.
"Sehingga prevalensi pemberian ASI eksklusif mencapai target 80%," jelasnya
Kegiatan pelatihan kader Posyandu dan kader stunting ini bekerjasama dengan PT. IMK (Indo Muro Kencana), dan diikuti oleh 52 peserta kader dari 13 desa yang ada di Mura. Dengan menghadirkan 3 orang nara sumber yakni Sholihatul Amaliah, SE, M.IP, Febriana, S.Tr. Gz, dan Ina Kaleluni, A.Md, Gz. (maya/jp).