BREAKING NEWS

Selasa, 17 Oktober 2023

Pemkab Mura Gelar Forum Komunikasi Perubahan Perilaku dan Pencegahan Stunting Lintas Agama

PURUK CAHU- Pemerintah Kabupaten Murung Raya melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DALDUK KBP3A) setempat menggelar sosialisasi forum komunikasi perubahan perilaku dan pencegahan stunting lintas agama. Kegiatan dilaksanakan di gedung B, Selasa (17/10). 

Acara tersebut dibuka Plt. Kepala DALDUK KBP3A Mura, Dra Lynda Kristianie Perdie yang di wakili Sekretarisnya Daniel Patandianan, SKM.

Dalam sambutannya, Daniel Patandianan, SKM menjelaskan, bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk membentuk forum komunikasi perubahan perilaku dan pencegahan stunting lintas agama.

"Upaya tersebut dalam rangka mendukung program nasional untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas. Karena itu, pemerintah daerah setempat terus berupaya untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting sesuai dengan sasaran dalam RPJMN 2020-2024 sebesar 14% pada akhir tahun 2024," ujarnya. 

Selanjutnya, kata Daniel, strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting telah menetapkan remaja sebagai salah satu sasaran penting dalam upaya percepatan pencegahan stunting. 

"Oleh karena itu, intervensi pada kelompok usia remaja, terutama remaja putri merupakan salah satu intervensi utama," kata dia. 

Daniel menjelaskan, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada dibawah standar. 

"Berbagai permasalahan gizi tersebut dapat berdampak pada menurunya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia ke depannya yang dapat mengganggu produktivitas serta gangguan metabolik pada usia dewasa hingga berujung menjadi beban ekonomi," terangnya. 

Lebih lanjut Daniel mengatakan, dalam melakukan pencegahan stunting, usaha yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah dan mengurangi prevalensi stunting melalui program dan pendekatan di multisektor. 

"Program yang sudah ada di Indonesia dalam penurunan stunting salah satunya adalah dengan menggencarkan kebijakan gerakan 1.000 hari pertama kehidupan atau 1.000 HPK yang tentunya perlu dikuatkan dengan berbagai upaya lainnya," jelasnya. 

Ditambahkannya, pemahaman akan pengasuhan 1.000 HPK perlu diketahui oleh remaja, agar remaja pada saat sudah menjadi orang tua sudah siap untuk melakukan pengasuhan 1.000 HPK, karena dengan penerapan pengasuhan 1.000 HPK, maka stunting akan dapat dicegah.

"Untuk itu, perlu adanya upaya agar penganganan dan pencegahan stunting bisa berjalan secara efektif, dan penurunannya dapat terwujud dengan melibatkan remaja dalam suatu wadah PIK Remaja dan Bina Keluarga Remaja (BKR) sarana yang tepat untuk menggandeng remaja untuk ikut berperan dalam pencegahan stunting,” jelasnya.

Dikatakan Daniel, peran organisasi masyarakat bisa menjadi penggerak dalam mengedukasi dan mensosialisasikan konsumsi makanan bergizi pada keluarga, dan kesadaran pentingnya hidup sehat, dan mencegah pernikahan dini.

Kemudian, peran organisasi agama dan ulama bisa menjadi penggerak dalam mencegah perilaku menyimpang berisiko. 

"Kita perlu bekerjasama dalam mengatasi pencegahan stunting,” jelasnya.

Sementara itu, Kabid Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga DALDUK KBP3A Mura, Solihatul Amaliah yanh juga sekigus ketua panitia pelaksana menambahkan, selain intervensi gizi, yang perlu dilakukan untuk pencegahan dan penanganan stunting adalah penguatan kapasitas dan perilaku.

"Dan yang menjadi subjek dalam penguatan perilaku untuk penanganan stunting adalah remaja putri, dan calon pengantin usia subur," ucapnya.

Solihatul Amaliah juga menjelaskan, bahwa salah satu intervensi yang dilakukan dalam upaya percepatan penurunan stunting adalah dengan memastikan setiap calon pengantin atau calon PUS berada dalam kondisi ideal untuk menikah dan hamil.

"Aplikasi elektronik siap nikah dan siap hamil atau ELSIMIL adalah aplikasi skrining dan pendampingan untuk calon pengantin (Catin). Setiap pasangan catin akan mendapatkan pendampingan dari tim pendamping keluarga (TPK) yang berada di desa atau kelurahan yang sama dengan wilayah domisili catin," terangnya. 

Ia juga mengatakan, bahwa tujuan aplikasi ELSIMIL adalah untuk melakukan deteksi dini terhadap kesehatan catin untuk mitigasi risiko melahirkan bayi stunting. Dimana setelah pengisian data ELSiMIL ini akan mengeluarkan sertifikat.

"Apakah si catin itu sudah siap hamil atau belum," jelas Solihatul.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, para kepala OPD, Camat, tokoh agama, tokoh adat, para penyuluh kesehatan dan para undangan lainnya.(maya/jp). 

Share Berita :

 
Copyright © 2014 Jurnalis Post. Designed by OddThemes